Bagaimana kita mengobati prostatitis (dan mengapa kita TIDAK PERLU mengobatinya)
Hal yang menyedihkan adalah ketika Anda ingin mengatasi prostatitis tapi tidak bisa.
Prosedur standar untuk mengobati prostatitis:
* Seorang pria pergi ke klinik berbayar maupun gratis, itu tidak berpengaruh karena pada akhirnya Anda akan dan harus membayar juga
* Dokter akan melakukan pemeriksaan dan menyuruh Anda melalukan macam-macam tes. Ada beberapa tes yang mungkin tidak diperlukan, tapi untuk berjaga-jaga jika ada penyakit lain yang dapat disembuhkan. Dan, tes ini membutuhkan biaya.
* Setelah pemeriksaan, dokter mendiagnosis prostatitis dan meresepkan obat yang direkomendasikan. Obat-obatan tersebut diresepkan untuk meredakan gejala akut penyakit, tetapi bukan pengobatan prostatitis kronis. Dan pastinya, mereka akan meresepkan obat-obatan dari perusahaan yang bekerja sama dengan mereka dan menguntungkan keduanya. Semua orang tahu obat ini.
* Selain merekomendasikan obat-obatan untuk menghilangkan gejala, dokter juga akan meresepkan pijat prostat rektal atau perawatan menggunakan sebuah alat dengan efek serupa, sebuah prosedur yang memalukan dan sangat tidak menyenangkan. Pijatan dilakukan dengan jari melalui anus pria. Rata-rata, pijatan melibatkan 10-14 sesi. Tentu saja, Anda harus membayar untuk setiap sesi. Di Eropa, pijatan ini sudah tidak lagi dilakukan sejak ebih dari 20 tahun lalu, karena obat-obatan modern dapat menyembuhkan prostatitis tanpa pijatan apapun!
* Selain pengobatan utama, dokter sering meresepkan obat untuk meningkatkan fungsi seksual, meningkatkan kualitas sperma, memulihkan tubuh setelah pemberian antibiotik, dll.
Hasilnya, satu kali pengobatan prostatitis akan menelan biaya dari Rp. 30.000.000 hingga Rp. 150.000.000. Sejak awal para ahli urologi memang membentuk program terapi berdasarkan kemampuan keuangan pasien. Dalam kasus ini, hanya gejala akut utama penyakit yang akan dihilangkan. Prostatitis kronis akan tetap ada dan muncul kembali begitu pria tersebut mengalami hipotermia, atau berhenti mengikuti anjuran yang diresepkan oleh dokter. Sehingga, pasien harus berkunjung lagi ke dokter dan membayar biaya pengobatan setiap tahunnya. Inilah yang menjadi dasar kerjasama bisnis urologi-farmasi.