(Alissa Ratnasari, Direktur Badan Otonom Penyakit Mata dan Terapi Jaringan. Beliau mengatakan bahwa sekarang ini pusat mata terbesar di Indonesia lebih banyak meraup keuntungan ketimbang menyembuhkan orang. Operasi mata adalah penyebabnya.)
Aris Rizal terpukau dengan pencapaian Salim Soekanto dan mengaguminya sebagai sosok pahlawan. Oleh karena itu, beliau memutuskan untuk melanjutkan penelitian Salim Soekanto hingga akhirnya dapat diselesaikan. Beliau menciptakan obat yang benar-benar alami dengan persentase 97% dapat mengembalikan penglihatan tanpa harus melalui prosedur operasi. Obat ini merupakan sebuah terobosan revolusioner di dunia optalmologi yang sayangnya tidak bisa disebarkan oleh Salim Soekanto kepada masyarakat umum.
Sebagai salah satu penulis dalam surat terbuka, Direktur Badan Otonom Penyakit Mata dan Terapi Jaringan menyampaikan pada reporter bahwa "Salim Soekanto, sebenarnya keluar dari 'sistem' karena praktik operasi mikro seperti ini merupakan bagian dari bisnis internasional yang melibatkan banyak orang berpengaruh. Jika saja Aris Rizal dapat mengungkap keberadaan obat ini 18 tahun lalu, mungkin orang-orang sudah meninggalkan prosedur operasi dan menyembuhkan penyakit matanya sendiri di rumah. Tapi seperti yang kita tahu, penyesalan terbesar Aris Rizal adalah beliau tidak punya waktu untuk ini dan para pendukungnya takut atas konsekuensi yang bisa menimpa mereka. Tapi saya yakin sekarang waktu yang tepat untuk mengungkap semua dan mengenang jasa para ilmuwan."
Apa itu "Eyemax" dan bagaimana awal kemunculannya?
"Saya ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui, terutama selama tahun 2020-2021 ini, bahwa biaya untuk operasi di pusat kesehatan mata dan klinik lainnya sudah meningkat sampai 150% sementara jumlah operasi yang dilaksanakan naik dua kali lipatnya! Hal ini terlepas dari krisis yang tengah melanda negeri ini. Apakah orang-orang itu memang punya uang? Sulit dipercaya! Sekarang kondisinya berbeda karena para dokter diam-diam menyarankan pasiennya untuk dioperasi. Orang-orang bersedia melakukan apapun untuk memulihkan penglihatannya, maka kebanyakan mereka setuju.
Lagipula, apa itu operasi? Itu adalah tindakan intervensi dalam struktur, luka yang akan bertahan seumur hidup. Ya, memang mungkin tidak terlihat, tapi tempat ini sudah rusak! Bagaimanapun, hanya sedikit yang tahu bahwa lebih dari 90% kasus perlu dilakukan operasi kedua dalam 3-5 tahun, sementara obat dari Aris Rizal dan Salim Soekanto bisa memulihkan penglihatan tanpa operasi dan untuk selamanya. Nyatanya, obat itu bisa menormalisasi seluruh organ pada mata..."
Pencipta obat ini tak lain adalah Aris Rizal, seorang ahli oftalmologi, praktisi operasi mikro pada mata, profesor, dan akademisi yang telah memberi kontribusi besar pada pengembangan Badan Otonom Penyakit Mata dan Terapi Jaringan.
(Aris Rizal, seorang akademisi Indonesia, telah mendorong terobosan untuk sejumlah bidang yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya di dunia oftalmologi modern. Dasarnya bersumber dari kerja dan penelitian Salim Soekanto.)
Awalnya, Aris Rizal mengembangkan obat di kantor pusat Badan Otonom. Pengembangan yang dilakukan membutuhkan waktu hampir lima tahun untuk menciptakan obat berdasarkan catatan Salim Soekanto yang secara signifikan dapat memperbaiki penglihatan tanpa operasi dengan memperkuat otot mata dan menjernihkan lensa mata. Obat ini dapat digunakan untuk masalah mata, seperti:
■ Mata minus,
■ Glukoma,
■ Katarak,
■ Radang saraf mata,
■ Neuritis mata,
■ Rabun,
■ Chorioretinitis,
■ Ablasi retina,
■ Hilangnya transparansi kornea,
■ Radang kelopak mata,
■ Iritasi mata,
■ Retinitis pigmentosa,
■ Radang kornea,
dan masih banyak lagi. Akan tetapi, obat ini sulit ditemukan.
Tanggal 2 Juni 2000, sebuah tragedi terjadi. Seorang ahli oftalmologi, Aris Rizal, meninggal dunia karena kecelakaan dalam perjalanannya dari Surabaya ke Jakarta.
Setelah meninggalnya ilmuwan tersebut, para staf di pusat Badan Otonom belum mengetahui soal obat baru yang pada saat itu sedang dalam tahap akhir uji coba klinis yang bisa membuktikan efektifitasnya. Maka dimulailah pencarian atas penelitian sang ahli yang diwariskan itu. Pusat Badan Otonom tersebut pun tenggelam dalam "perang saling menghancurkan".
Dalam waktu singkat (mengingat tingginya efektivitas obat tersebut), formula sang ilmuwan kemudian dibeli oleh perusahaan oftalmologi Swiss dan dalam waktu dua tahun obat mulai diproduksi dengan nama lain.
Pada tahun 2019, berkat usaha istri sang ilmuwan dan kepala Badan Otonom Penyakit Mata dan Terapi Jaringan, Allisa Ratnasari, dengan perjuangan yang luar biasa akhirnya dapat melindungi paten dan membawa formula itu kembali ke Indonesia. Bagaimanapun, proses produksi obat tersebut sudah mengalami beberapa perubahan. Produksi obat sudah tidak memakai teknologi lama untuk mengambil ekstrak tanaman, namun sudah digantikan dengan teknologi terbaru yaitu ekstrasi dingin. Dengan teknologi ini, efektifitas obat dapat ditingkatkan hingga 47% (ekstrasi dingin mempertahankan zat-zat aktif dari tanaman hingga 3-5 kali lipat). Obat yang sudah dimutakhirkan ini dinamakan "Eyemax".
Menurut para ilmuwan dan tenaga medis, dalam 97% kasus penyakit mata yang ada, 100% dapat diobati dengan "Eyemax" tanpa operasi!
"Pengobatan dapat dilakukan di rumah. Anda hanya perlu menggunakan obatnya 2 kali sehari selama 3-6 minggu. Setelah beberapa hari pemakaian, Anda akan mendapati penglihatan yang lebih baik," ungkap salah seorang ahli mengenai obat itu yang turut menandatangani surat terbuka.